Rabu, 11 Maret 2009

Perjalanan Sebuah Kalung




Seuntai kalung Siti Fatimah RA telah memberi berkah. Banda itu mengenyangkan orang kelaparan, menutupi aurat orang yang hampir telanjang, dan membuat orang miskin merasa kaya serta telah memerdekakan budak...



Kehidupan Fatimah Az-Zahra RA, puteri Rasullulah SAW penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Kalbunya yang telah disinari pancaran nur Illahi, tak membuatnya enggan menolong orang kesusahan, meskipun hidup yang dialaminya penuh dengan penderitaan karena kemiskinan keluarganya.


Dikisahkan pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW dudk menghadap kiblat dekelilingi para sahabat. Tiba2 datanglah seorang Arab pegunungan yang tua renta, badannya kelihatan lemah dengan pakaian yang compang-camping tidak dapat menutupi dengan pantas badannya.


Melihat keadaan ini Nabi langsung menyapanya..

"Ya Rasul Allah, aku lapar sekali, Tolonglah aku.., berilah makanan dan aku tak punya pakaian selain yang sedang kupakai..." ujar orang ini dengan tubuh gemetar, setelah menjawab sapaan Rasulullah.


"Sayang sekali, aku tidak memiliki apa-apa yang dapat diberikan..., pergilah sekarang juga kepada orang yang dicintai Allah dan RasulNya. Dia lebih mengutamakan Allah daripada dirinya sendiri. Itulah Fatimah..., putriku sendiri.. " jawab Nabi seraya meminta Bilal bin Rabah untuk mengantarkannya kerumah puterinya.


Sesampainya didepan rumah Siti Fatimah, denagn suara tersendat2 orang tua itu memanggil-manggil, "Wahai Ahlil Bait, hai keluarga Rasululah, penghuni tempat yang sering didatangi malaikat, tempat Jibril membawa wahyu Allah...!"


Mendengar itu, Siti Fatimah segera keluar dan mengucapkan salam, seraya bertanya keadaan dan keperluan orang tua itu...

"Aku orang tua pegunungan. Aku datang dari tempat jauh mengharapkankan pertolongan.. aku telah mendatangi ayahmu dan disuruh kesini. Wahai puteri Nabi..., aku lapar sekali dan tak punya pakaian..." jawab orang itu dengan suara serak dan menghiba.


Fatimah yang sudah tiga hari keluarganya berpuasa karena tidak punya makanan untuk berbuka pun kebingungan. Namun Fatimah tetap tidak tega melihat keadaan orang tesebut..., diapun mencari2 didalam rumahnya apa kiranya yang dapat diberikan. Fatimah menjadi semakin bingung, karena hanya mendapati selembar kulit kambing alas tidur putranya.

Segera dia keluar dan memberikannya kepada orang tua itu, dengan kebingungan orang tua itu berkata, " Hai putri Muhammad, aku datang kepadamu mengharapkan makanan dan penutup tubuh. Apa yang dapat kuperbuat dengan selembar kulit kambing ini ...?"


Mendengar itu, Fatimah semakin bingung dan malu, dia merasa heran mengapa ayahandanya mengajurkan orang itu datang kepadanya ? Padahal, ayahandanya tahu bahwa dia sendiri sudah tidak memiliki apa-apa dan sering berpuasa menahan lapar.


Fatimahpun merenung sebentar dan mengingat-iangat, barangkali ada benda lain miliknya yang dapat diberikan. Sejanak dia teringat, dia masih mempunyai benda berharga, salah satu miliknya yang sangat disayangi, ialah seuntai kalung hadiah dari bibinya.


Maka, Fatimahpun segera melepaskan kalung dari lehernya dan memberikannya kepada orang tua itu sambil berkata dengan lemah lembut penuh rasa iklas yang menyelimuti hatinya, "Ambillah ini, mudah-mudahan Allah akan menggantikan dengan sesuatu yang lebih baik untukmu..."

Melihat kalung pemberian Fatimah RA, wajah si orang tua berubah gembira bercampur heran, segera pergi menuju masjid dan menemui Rasulullah SAW, yang masih duduk bersama para sahabatnya. Si orang tua lalu menceritakan pengalamannya tadi dirumah Fatimah seraya memperlihatkan seuntai kalung pemberian itu.


Mendengar penuturan itu, Nabi tak dapat menahan harunya sehingga berlinanglah air matanya. Menyaksikan hal yang mengharukan hati itu, Ammar bin Yasin, salah seorang sahabat segera berkata, " Ya Rasul Allah. ijinkanlah aku membeli kalung itu ?"

"Belilah jika engkau mau, wahai Ammar !" jawab Nabi Muhammad SAW dengan berlinang air mata.

Ammar bin Yasir merbalik mamandang si orang tua dan bertanya " Berapakah akan kau jual kalung itu ?"

"Seharga beberapa potong roti dan daging penghilang laparku, beberapa lembar kain penutup auratku agar aku menunaikan ibadah sholatku. Selain itu, aku juga memerlukan uang satu dinar untuk beaya perjalananku pulang..." jawab si orang tua itu.

"Baiklah, kalungmu akan aku beli 20 dinar emas dan 100 dirham, dan akan kuberikan roti dan daging untuk menghilangkan laparmu. Selain itu, aku juga memberikan pakaian dan seekor unta untuk kendaraanmu pulang ke keluargamu..." Ammar memutuskan.


Tak lama berselang, tampaklah si orang tua tadi telah berpakaian rapi, menunggang unta. Dia datang lagi menemui Rasulullah SAW. Nabi memandang sambil tersenyum, kemudian bertanya, "Bagaimana keadaanmu sekarang ? Sudahkan engkau kenyang dan memiliki pakaian yang cukup ?" Dengan rasa gembira yang terlihat di matanya, orang tua itupun menjawab, "Ya Rasul Allah, aku telah memperoleh segalanya, melebihan apa yang aku butuhkan. Bahkan kini aku merasa menjadi orang kaya..."

"Kalau begitu, balaslah kebaikan Fatimah terhadapmu" kata Rasulullah.

Mendengar sabda Nabi SAW, orang tua itu segera mengadahkan wajahnya ke arah kiblat dan mengangkat kedua tangannya, lalu berdoa, "Ya Allah, tiada yang kusembah selain Engkau, berilah Fatimah sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga (maksudnya surga..)"


Mendangar doa itu, Nabi SAW menoleh kepada para sahabatnya dan bersabda, " Sesungguhnya di dunia ini Allah telah memberi karunia kepada Fatimah seperti apa yang didoakan oleh orang tua itu. Fatimah mempunyai ayah seorang utusan Allah kepada seluruh umat manusia dan alam semesta. Fatimah telah di karunia suami Ali bin Abi Thalib, lelaki yang tidak ada tandingannya. Dan Allah telah memberikan pula 2 putera, Al Hasan dan Al Husein, tiada anak lain yang menyamai mereka.


Ammar bin Yasir,kemudian membungkus kalung tersebut dengan kain yang telah diberi wewangian. Kemudian dia memerintahkan hamba sahayanya yang bernama Saham, agar menyerahkannya kepada Nabi WAS disertai pesan, "Engkaupun keberikan pula kepadanya.."


Sesampainya didepan Nabi SAW, segeralah Saham menyerahkan bungkusan tersebut dan menyampaikan sesuai pesan Ammar bin Yasin. Betapa terharunya NabiSAW ketika melihat isi bungkusan dan mendangar pesan itu.

"Pergilah engkau kepada Fatimah, dan serahkan bungkusan berisi kalung ini kepadanya. Disamping itu, engkau kuhadiakah juga kepada Fatimah..." sabda Nabi kemudian.


Tanpa berlama-lama, Sahampun segera berangkat untuk melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya.

Ketika menerima kembali kalung kepunyaannya, Fatimah langsung mengucap sukur kepada Allah SWT, setelah itu dia berkata, " Dan engkau wahai Saham, mulai hari ini tidak lagi menjadi hamba sahaya lagi. Aku memerdekakan engkau ! "


Betapa gembiranya Saham, ketika mendengar pernyataan Fatimah RA. Baginya, ini merupakan hadiah yang paling berharga yang pernah diperolehnya di dalam hidupnya. Karena sangat gembiranya, diapun tertawa terus menerus dengan gembira.

"Mengapa engkau tertawa, wahai Saham ?" tanya Fatimah.


"Aku tertawa kerena merasakan betapa berharganya niali seuntai kalung yang telah memberi berkah. Benda ini mengenyangkan orang kelaparan, menutupi aurat orang yang hampir telanjang, serta membuat orang miskin merasa kaya. Dan sekarang, aduhai..., kalung itu telah memerdekakan seorang budak !" jawab Saham diakhiri dengan mengucapkan terima kasih kepada Siti Fatimah RA dan mengucap sukur kepada Allah SWT.


Selesai.